audiensi dinas kehutanan provinsi jatim (sumber:banyuwangikab.go.id) |
Berita Banyuwangi - Taman Nasional Alas Purwo dan Gunung Ijen akan diusulkan menjadi nominasi cagar biosfer dunia oleh pemerintah Indonesia. Hal ini disampaikan Executive Director Komite Nasional Program MAB-UNESCO LIPI Indonesia Prof. Dr. Ir. Y. Purwanto saat meminta dukungan dan rekomendasi daerah kepada Bupati Abdullah Azwar Anas di Kantor Pemkab, Selasa (1/8).
Prof. Purwanto mengatakan Cagar Biosfer (Biosphere Reserves) merupakan situs yang ditunjuk oleh berbagai negara melalui kerjasama program MAB-UNESCO (Man and The Biosphere Programme – United Nations Education Social and Cultural Organization) untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan. Salah satu syarat sebuah situs bisa dijadikan nominasi adalah rekomendasi dari stakeholder terkait termasuk pemerintah daerah dimana situs tersebut berada.
“Kehadiran kami kali ini untuk meminta rekomendasi Pemkab Banyuwangi untuk mendukung Taman Nasional Alas Purwo dan Gunung Ijen diusulkan sebagai nominasi Cagar Biosfer dunia,” kata Prof. Purwanto yang juga hadir bersama Kepala Balai Nasional TN Alas Purwo Kholid Indarto dan Kepala Bidang Pemantapan Kawasan Dinas Kehutanan Provinsi Jatim I Nyoman Winata.
Purwanto melanjutkan, pemerintah Indonesia melalui rekomendasi dari Kementrian Kehutanan dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur memilih empat situs untuk menjadi nominasi cagar Biosfer yakni TN Alas Purwo, Gunung Ijen, TN Meru Batiri dan TN Baluran. Keempat lokasi ini akan diusulkan sebagai satu kesatuan cagar biosfer yang akan dinamakan Cagar Biosfer Blambangan. Meski dijadikan satu namun nantinya tidak akan ada perubahan status atas pengelolaan cagar tersebut.
“Tidak akan ada konsekuensi terhadap status pengelolaan atau kepemilikan semuanya tetap seperti semula. Dengan menjadi cagar biosfer hanya pola pikir kita yang akan berubah dalam mengelola cagar tersebut,” ujar Purwanto.
Tujuan cagar biosfer kata Purwanto, adalah menggabungkan pelestarian keanekaragaman hayati dengan pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan. Dalam Cagar Biosfer tiap-tiap tempat akan diberi zonasi yang terdiri atas area inti (core area) yakni kawasan konservasi dengan luas yang memadai, zona penyangga (buffer zone) yakni wilayah yang mengelilingi atau berdampingan dengan area inti serta area transisi (transition zone) yakni wilayah terluar dan terluas yang mengelilingi atau berdampingan dengan zona penyangga.
“Area Inti merupakan area konservasi yang tidak boleh diutak-atik dan ada di bawah perlindungan hukum, sedangkan zona penyangga bisa dimanfaat untuk kegiatan yang mendukung konservasi. Sementara area transisi menjadi wilayah untuk kegiatan-kegiatan pengelolaan sumberdaya alam secara lestari dan model-model pembangunan berkelanjutan yang bisadipromosikan dan dikembangkan,” terang Purwanto.
Purwanto mengatakan, dengan menjadi cagar Biosfer dunia ada beberapa keuntungan yang didapatkan oleh cagar itu sendiri maupun masyarakat disekitar cagar berada. Pertama adalah keuntungan ekologi dimana sumberdaya alam hayati dan budaya didalam cagar terlindungi dan terkelola dengan baik. Kedua keuntungan ekonomi dimana pengelolaan wilayah sekitar akan dikembangkan secara berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat sekitar. Serta keuntungan social budaya dan capacity building untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
“Ini juga akan menjadi promosi yang strategis bagi daerah karena ada 120 negara yang menjadi anggota MAB-UNESCO yang setiap tahunnya melakukan pertemuan dan sharing tentang cagar budaya biosfer,” imbuh Purwanto. Konsep cagar biosfer sendiri telah digagas oleh UNESCO sejak 1971 dan hingga saat ini jumlahnya mencapai 467 kawasan di 120 negara di dunia.
Di Indonesia saat ini telah ada 10 cagar biosfer yakni Cagar Biosfer Cibodas, Cagar Biosfer Komodo, Cagar Biosfer Tanjung Putting, Cagar Biosfer Lore Lindu, Cagar Biosfer Pulau Siberut, Cagar Biosfer Gunung Leuser, Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu, dan Cagar Biosfer Wakatobi, Cagar Biosfer Bromo Tengger Semeru-Arjuna, Provinsi Jawa Timur dan Cagar Biosfer Taka Bonerate-Kepulauan Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan.
Sementara itu Bupati Abdullah Azwar Anas mendukung TN Alas Purwo dan Gunung Ijen menjadi nominasi cagar biosfer. Sebab ini selaras dengan konsep ecoturisme yang diusung oleh daerah.
“Kami akan memberikan rekomendasi. Kami sangat support dengan pengajuan nominasi TN Alas Purwo dan Gunung Ijen sebagai cagar biosfer. Ini sejalan dengan konsep pengembangan wisata kami yang menyuguhkan lingkungan tetap lestari dan apa adanya,” kata Anas.
Bupati juga mendukung konsep adanya konsep pembagian zonasi kawasan dimana terdapat kawasan konservasi dan pengembangan berkelanjutan yang memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar. “Kami mendukung pengelolaan lingkungan yang menjaga alam tapi juga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber kesejahteraan,” pungkasnya. (Humas Protokol)
sumber:banyuwangikab.go.id
0 Response to "TN Alas Purwo dan Gunung Ijen Akan Jadi Nominasi Biosfer DUNIA"
Posting Komentar