asap dari gunung raung |
SONGGON – Status Gunung Raung masih siaga level III hingga kemarin. Meski begitu, aktivitas gunung berbesar di Pulau Jawa itu menunjukkan perkembangan positif. Suara gemuruh kini nyaris tidak terdengar lagi. Tentu saja kondisi tersebut membuat warga semakin lega.
Yang menggembirakan lagi, puncak gunung setinggi 3.332 meter di atas permukaan laut (mpdl) itu tidak mengeluarkan lava pijar sepanjang hari kemarin. Dengan perkembangan itu, warga nyaris tidak terganggu abu vulkanik. Banyak warga yang memilih menghirup udara bebas tanpa menggunakan masker dan kacamata saat melakukan aktivitas.
Sepanjang hari kemarin warga sudah merasa lebih tenang atas perubahan fenomena alam tersebut. Hal itu menjadi tanda bahwa gunung berapi itu kini mulai menurun. ‘’Abu Gunung Raung tidak sehebat dua hari lalu,” kata Solihin, warga Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon, kemarin.
Atas perubahan itu, warga memilih tidak lagi menggunakan masker dan kacamata. Hanya saja, sebagian warga ada yang memakai masker saat berada di luar ruangan. ‘’Syukur Gunung Raung lebih tenang,” ujar Solihin semringah. Secara visual, asap yang keluar dari kawah gunung tersebut kini tidak lagi berwarna hitam pekat seperti yang terjadi Jumat lalu.
Sebab, asap yang mengudara itu terlihat lebih tipis yang mengudara ke arah tenggara. ‘’Kalau dilihat dari tanda-tandanya, mungkin apinya tidak lagi besar. Tinggal pemadaman,” katanya. Hanya saja, warga tetap memantau perkembangan gunung yang beberapa kali erupsi itu.
Angin besar yang terjadi membuat warga juga tetap meningkatkan kewaspadaan. ‘’Karena angin besar, bekas debu bertebaran,” tambah Budi, warga lain. Sementara itu, aktivitas vulkanik Gunung Raung kembali mengakibatkan penutupan Bandara Blimbingsari, Banyuwangi.
Penutupan bandara diberlakukan lantaran wilayah bandara diterpa embusan angin kencang yang disertai debu vulkanik yang menyembur dari perut gunung di perbatasan Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember, tersebut. Berdasar rilis otoritas Bandara Blimbingsari, penutupan diberlakukan selama jam operasional bandara kebanggaan masyarakat Bumi Blambangan itu, yakni mulai pukul 07.00 sampai pukul 16.00.
Artinya, penutupan kemarin merupakan kali keempat secara berturut-turut sejak kali pertama diberlakukan Jumat lalu (10/7). Kepala Bandara Blimbingsari, Sigit Widodo mengatakan, penutupan kali ini diberlakukan lantaran wilayah bandara merupakan area terdampak embusan debu vulkanik Gunung Raung.
“Sehingga, status close bandara belum bisa kita cabut,” ujarnya dikonfirmasi via sambungan telepon. Sigit menambahkan, intensitas debu vulkanik yang sempat menyebar hingga kawasan bandara, termasuk landasan pacu (runway) pesawat, sebenarnya sudah berkurang.
Hanya saja, aktivitas penerbangan dari dan menuju Blimbingsari terkendala angin kencang.Penutupan Bandara Blimbingsari kemarin otomatis mengakibatkan aktivitas penerbangan pesawat komersial di bandara yang satu itu juga ditiadakan.
“Sekolah pilot sudah mulai libur Idul Fitri,” cetusnya. Seperti diketahui, selain penerbangan komersial, Bandara Blimbingsari juga dimanfaatkan untuk aktivitas latihan terbang tiga sekolah pilot. Satu sekolah pilot negeri, yakni Loka Pendidikan dan Pelatihan Penerbang Banyuwangi (LP2B), serta dua sekolah pilot swasta, yakni Bali International Flight Academy (BIFA) dan Mandiri Utama Flight Academy (MUFA) beroperasi di bandara tersebut. (radar)
0 Response to "Suara Gemuruh Gunung Raung Kini Nyaris Tidak Terdengar Lagi"
Posting Komentar