Cerita Mistis Jembatan Kali Mayit Pantai Boom

jembatan kali mayit pantai boom
jembatan kali mayit pantai boom

Berita Banyuwangi - Jika dilihat sekilas tampaknya tidak ada yang berbahaya dengan muara yang berlokasi di selatan penangkaran telur penyu milik Banyuwangi Sea Turtle Foundation (BSTF) tersebut. Airnya tampak tenang dan kecil. Beberapa orang pun sering menggunakan lokasi tersebut untuk memancing atau sekadar duduk-duduk.

Tetapi, siapa sangka, sudah puluhan nyawa yang melayang di lokasi tersebut. Memang siapa pun bisa mengalami musibah tenggelam semacam itu. Tidak hanya di muara Pantai Boom, di lokasi lain seperti Pantai Grajagan mungkin lebih banyak korban.

Akan tetapi, arus muara yang tampak kecil itu yang membuat orang sering bertanya. Berdasar keterangan penduduk sekitar, kecilnya air itulah yang sering menjebak orang-orang yang bermain air di sana. Para pemancing atau warga yang sengaja bemrain biasanya tertarik melihat arus yang kecil itu kemudian menceburkan diri ke dalam air.

Umroh, 68. seorang warga yang tinggal di dekat muara tersebut menceritakan, anak-anak yang tinggal di dekat muara tidak berani mandi dl sana. Lokasi yang dulu disebut Kali Mayit itu memang terlihat tenang dan tidak berbahaya.

Tetapi, sudah banyak korban yang meninggal di tempat tersebut. Umroh mengaku sudah hampir 50 tahun tinggal di dekat Kali Mayit. Musibah meninggalnya anak-anak yang tenggelam di aliran muara Boom bagaikan siklus rutin.

Bahkan, peristiwa hanyutnya 26 karateka dari Perguruan INKAI 23 tahun silam bukan yang pertama. Sebelum kejadian itu, lanjut Umroh, sering ada peristiwa orang tenggelam, baik yang mandi maupun tercebur.

Kondisi pantai saat itu masih cukup jauh dari bibir pantai, tidak seperti sekarang. Di sekitar muara dikelilingi tanaman waru dan pohon khas pesisir lain. Tepat di atas muara sungai ada sebuah jembatan yang menghubungkan pesisir Pantai Boom dan Pulau Santen.

Sungai di bawah jembatan itu, menurut ibu tujuh anak tersebut dan warga sekitar, menjadi lokasi yang paling sering ditemukan orang tenggelam. Tak hanya orang yang mandi bisa tenggelam, bahkan orang yang menolong pun sering ikut menjadi korban.

“Kalau orang sini tidak ada yang berani ke situ. Kalau ada orang dari luar mau mandi juga kita marahi. Kita peringatkan, tapi tetap saja ada yang lolos,” kata Umroh. Terkait nama Kali Mayit yang sempat disematkan di sungai muara tersebut, Umroh mengatakan alasannya karena memang banyak ditemukan mayat di tempat tetsebut.

Baik orang tenggelam maupun orang yang tewas dibunuh. Semua ada di sungai itu. Sehingga orang-orang memberi nama Kali Mayit. “Dulu sebelum dibersihkan, ada dua ekor ular besar yang tinggal di sekitar muara. Tapi sekarang tidak tahu di mana, Cuma ya itu. memang sungainya minta tumbal.

Kadang setahun sekali, dua tahun, kadang tiga tahun. Yang jadi korban ya lancing” ujarnya. Sementara itu, Kepala Kelurahan Kampung Mandar, Bambang Purwanto mengatakan banyaknya korban yang meninggal di sungai muara itu karena arus air laut dan muara yang bertemu.

Sehingga, terjadi pergeseran pasir di bawah sungai tersebut. Dia pun membenarkan bahwa dulu ada pabrik bernama Nabatiyasa yang beroperasi menciptakan minyak dari kopra. Sungai itu dijadikan pabrik yang tutup pada tahun 70-an tersebut sebagai tempat pembuangan limbah.

Limbah-limbah itu sempat tenumpuk di pasir hinga membuat Pulau Santan dan Pantai Boom menyambung. Ketidakstabilan pasir di sisi sungai itu menjadikan orang- orang yang berenang di sana seolah disedot pasir dan gelombang air.

Ditambah lagi, perairan yang dulu banyak ditumbuhi terumbu karang itu sudah gersang. Sehingga, pasir yang ada di bawah aliran muara dan sepanjang Pantai Boom menjadi tidak stabil. “Secara teknis memang pantainya berbahaya untuk berenang.

Tapi kalau kepencayaan warga memang ada sesuatu di pantai tersebut yang meminta tumbal di beberapa waktu. Setelah peristiwa Inkai ada lebih dari lima kejadian tenggelam di sana. Itu yang mungkin harus kita luruskan,” jelas Bambang.

Terkait kepercayaan warga sekitar karena keangkeran Kali Mayit, Bambang menceritakan bahwa pernah ada kejadian pada tahun 1990. Saat itu ada siswa SMA yang tiba-tiba berenang di laut kemudian hilang. Sebelum menceburkan diri ke laut, anak tersebut sempat bilang kepada teman-temannya bahwa dia melihat ada anak yang minta tolong di laut.

Padahal. teman-temannya tidak melihat apa pun saat itu. Anak itu pun akhirnya meninggal. Sama seperti kasus Dadang yang meninggal awal September 2015 lalu. Mungkin itu yang membuat warga semakin percaya bahwa mereka yang meninggal tak hanya karena musibah biasa.

‘Yang jelas alam menjadi berbahaya karena kita tidak bisa menjaganya. Mungkin jika vegetasinya kita kembalikan, Pantai Boom akan menjadi bersahabat. Terkait tumbal itu masalah kepercayaan saja.” kata Bambang (radar)

1 Response to "Cerita Mistis Jembatan Kali Mayit Pantai Boom"